25-12-2010, Sebuah pilihan yang harus aku pilih. Tapi semua pilihan tak semulus jalan beraspal semua butuh pengorbanan dan perjuangan. Kalau aku tahu salah satu dari pilihan semudah aku berkhayal pastilah tak ada pilihan untukku. Karena sebuah pilihan adalah rahasia yang belum terungkap. Tinggal kita bagaimana berani melangkah terhadap yang kita pilih dan melakukan yang terbaik untuknya. Ada seseorang berkata,”Pilahan ini terbaik untukku”. Emh…terbaik kalau kita bisa melakakukan yang terbaik untuk pilihan yang kita pilih. Ingat tak ada hasil tanpa usaha, bukan??
Octa Via
My Painting
02-09-2010, who am i??. Sulit rasanya memahami diri sendiri dari pada orang lain. Ya.. itulah aku. Ketika banyak orang mengetahui petanyaan itu pasti mereka akan menjawab “I was my self”. Memang mudah sekali menjawab pertanyaan yang sederhana seperti itu ,Tapi tidak denganku. Why my self??..Mungkin aku seorang pecundang yang takut mengakui diriku sendiri, karena aku sendiri belum memahami diriku sendiri, entah itu dari kelebihan maupun kekuranganku. Jadi aku akan bilang “I was my self” ketika aku sudah memahami diriku.
Krieng..krieng..jam bekcer ku berbunyi, menunjukkan pukul 20.00. Aku membuka selimutku dengan mata yang masih sedikit terpejam, aku duduk sejenak bersandar di atas tempat tidurku. Rasanya malam ini begitu dingin tak seperti malam-malam biasanya. Aku mulai berjalan menuju jendela kamarku yang menjadi tempat faforitku diantara yang lainnya. “Brem..brem..brem,” dari kejauhan aku melihat seorang laki-laki mengendarai scooter putih dan menyelipkan papan surfing di samping scooternya. Dia selalu duduk sejenak sambil minum sebotol POSCARI SWEET di halte depan rumahku. Walau hanya sebatas melihatnya dari jendela kamarku aku selalu tersenyum ketika melihatnya.
“Aku yang memikirkan namun aku tak banyak berharap kau membuat waktuku tersita dengan angan tentangmu… Mencoba lupakan tapiku tak bisa mengapa begini… oh.. mungkin aku bermimpi menginginkan dirimu untuk ada disini menemaiku, oh.. mungkin kau kah yang jadi kekasih sejatiku, semoga tak sekedar harapku”, penggalan lagu Monita ini menggambarkan perasaanku pada waktu itu.
“Dia.. apakah hanya sebatas anganku saja??”, kataku dalam hati yang tak mungkin aku menggapainya. Perbedaan kita terlalu jauh, dia menggemari surfing yang identik dengan siang, sedangkan aku hanyalah remaja lemah yang seperti seekor kelelawar.
Juni..!!!,”Suara ibu memanggilku”. “Ayo.. Makan dulu”. “Ya..Bu, bentar,” jawabku sambil menutup gorden jendela. Makan malam ini begitu sepi, hanya ada ayah dan Ibu yang menemaniku, biasanya temanku Dinda sering ke sini untuk makan malam sambil mencerita kejadian-kejadian yang lucu di sekolahanya. “Bu aku berangkat dulu”, kataku berpamitan kepada ibu setelah makan malam. “Ya.. hati-hati”. Aku berangkat menuju sebuah taman yang letaknya tidak jauh dari rumahku dengan membawa peti gitarku. Beginilah kegiatanku setiap malam tak seperti remaja yang normal lainnya. Hanya di tempat ini lah aku merasakan semilir angin kehidupan yang membuatku bisa bertahan sampai sekarang. Aku mengeluarkan sebuah gitar, di bawah cahaya bulan aku mulai melantukan syair-syair lagu yang aku ciptakan. Sepenggal syair lagu itu berbunyi:
“aku ingin selalu tersenyum, walaupun bumi ini berhenti berputar aku akan selalu tersenyum, walaupun aku tak bisa melihat hari esok lagi aku akan selalu tersenyum, dan aku akan menghadapiini semua dengan sebuah senyuman”.
Tempat ini begitu sepi, hanya terdengar suara gitar yang aku petik dan lagu yang aku lantunkan. Tanpa sadar malam begitu larut. aku berkemas untuk pulang. Dalam perjalananku pulang, entah perasaan apa yang membawaku untuk menduduki sebuah halte. Rasanya Tuhan sudah merencanakan ini untukku. Seorang laki-laki yang hanya bisa aku lihat lewat jendela rumahku kini ada di depan mataku. “Dia..”, kataku yang tak percaya akan bertemu dengannya. “Hai”, sapanya kepadaku. Aku membalasnya dengan sebuah senyuman. “Sepertinya aku belum pernah melihat kamu sebelumnya disekitar sini, perkenalkan namaku Angga?”, katanya kepadaku. “Juni, namaku Juni, Hajimemashite Angga!!, jawabku dengan logat jepangku. Pada saat itu terjadi obrolan yang mengakrapkan kami. Dan pada akhirnya kami bersahabat.
***
Tak lama persahabatanku dengannya. Aku mengirimkan sepucuk surat.
To: Angga
Takkan selamanya tanganku mendekapmu..,
Takkan selamanya raga ini menjagamu…
Seperti alunan detak jantungku tak bertahan melawan waktu..
Dan semua keidahan yang memudar atau cinta yang telah hilang..
Tak ada yang abadi…tak ada yang abadi …tak ada yang abadi…
From: Juni
Mungkin di Halte itulah pertemuan pertama dan terakhirku yang menyimpan kenangan tersendiri untukku. Dan dengan sepucuk surat, aku mengucapkan perpisahan terakhirku. Tubuhku kini telah terbujur tak berdaya dalam sebuah peti kerena penyakit xeroderma pigmentosum yang aku derita. Penyakit ini membuatku tak bisa merasakan begitu hangatnya sinar matahari kerena sedikit sinarnya mengenai tubuhku akan barakibat vatal pada organ tubuhku. Itu sebabnya aku hanya bisa keluar waktu malam. Ingin rasanya aku hidup lebih lama, melihat indahnya alam dibawah sinar sang surya tapi apalah dayaku yang tak bisa melawan takdir. Memang tak ada yang abadi di dunia ini semua akan kembali pada pemilik-Nya tapi setidaknya aku memiliki orang-orang-orang yang menyayangiku.
Walau badai menerpa sayang ku pada mu takkan Q lepas. Sebuah senyumanmu akan selalu teringat pada wajah mu yang tulus akan sosok seorang sahabat. Sahabat Ku tetap menantimu....
Aku bertanya pada sang Hati " Wahai Hati siapa sahabat sejati Q?", dia menjawab, dy (sahabat) berada tidak jauh darimu, dia berjuang bersamamu sekarang, dan dia akan membawamu saat mencapai tonggak keberhasilan..
sang hati Juga menjawab," dia sekarang juga merangkulmu, dy takkan membiarkanmu terperosok dalam jurang kehancuran, dy memegang erat dirimu dengan senyuman yang tulus, dia akan melepasmu ketika sang waktu memisahkan kalian.
sahabat, dia tidak segan membuatmu tersenyum meski harus menanggung malu. tapi inilah yang dimaksud dengan sebuah ketulusan.
Aku bertanya lagi pada sang hati, " Wahai sang hati bagaimana caraku berterimakasih padanya?", sang hati menjawab bawalah ia menggapai bintang bersamamu. Ajaklah ia berkelip dilangit bersamamu.
Berjuta pilihan disisiku tak kan bisa menggantikanmu, ku akan menanti meski harus penantian panjang, ku akan tetap menunggumu, Ku tahu Kau Memang Nyata... SAHABAT
kau adalah sahabatku teman pelipur laraku
bersamamu aku bisa ber bagi
cerita indah
cerita tentang kegagalanku dan dengan mu pula aku bisa tuangkan segala keluh kesahku..
sahabat…
saat kau sedih aku menangis
saat kau terluka hatiku tercabik
saat kau gundah aku selalu resah
Langit kehitam-hitaman berlapiskan awan yang sedikit gelap, disambut suara binatang- binatang malam yang merdu, pertanda malam telah tiba. Heningnya malam semakin terasa saat ku duduk di depan rumah seorang diri, ku merenungi apa yang setiap hari aku lakukan, tiada yang berbeda dan selalu sama, selama 16 tahun aku hidup di sebuah gubuk kecil bersama ibu dan ayahku yang sejak lama sakit-sakitan.
Rasa jenuh yang aku pendam tak dapat lagi aku bendung, hal yang selalu sama dalam hidupku membuat aku menjadi anak yang berontak kepada orang tuaku.
Salah satu penyebab kejenuhan ini adalah faktor ekonomi, maklum saja orang tuaku hanya seorang pemungut sampah di kompleks perumahan elite belakang gubuk kecilku, yang hasilnya hanya cukup untuk kami makan sehari, uang sekolah saja masih nunggak beberapa bulan.
Hal ini membuat aku malu untuk ke sekolah, aku hanya anak miskin, yang tak punya bajubagus putih bersih, sepatu, dan sepeda motor seperti teman-temanku kebanyakan. Aku ingin seperti mereka, yang hidup serba kecukupan, hal itu sering aku tanyakan pada ibu, namun ia hanya menjawab “iya..... nanti nak, kalau ibu sudah punya uang”, selalu itu dan itu saja yang menjadi jawabnya. Aku tak peduli dengan keduanya, aku hanya ingin ia memenuhi dan menuruti apa yang aku inginkan.
Karena begitu besarnya cinta ibu padaku, putra semata wayangnya, ia rela mencari barang bekas seorang diri dan meninggalkan ayah yang sedang sakit.
Dan aku, aku tak peduli dengan laki-laki tua itu, aku merasa kecewa dengannya, yang tak pernah bisa membahagiakan aku dengan menuruti apa yang aku inginkan.
Aku menyibukan diriku dengan memandangi kendaraan yang hilir mudik melintas di jalan depan gubukku, sampai tak ku sadari, ayah memanggil-manggil namaku, tapi ku tak mendengarnya.
Setelah sekian lama dan kurasa puas berkhayal memiliki kendaraan bermotor dengan memandangi kendaraan yang melintas di jalan depan rumahku, aku masuk ke rumah untuk meneguk segelas air. Namun aku justru dikagetkan oleh ayahku yang tergeletak di depan tempat tidur beralaskan tikar itu dengan darah yang keluar dari mulutnya karena sakit kanker yang telah lama ia derita, kucoba untuk mengangkatnya untuk kubaringkan lagi di tempat tidurnya, ia terlihat lemas dan pucat, rupanya ia telah pergi untuk selama-lamanya, tanpa kusadari air mata ini menetes membasahi pipi.
Kutermenung melihat kenyataan ini, namun ku dikejutkan dengan suara ketukan pintu yang sangat keras, rupanya tetanggaku, dengan nafas terisak-isak ia mengabarkan bahwa ibuku meninggal dunia, ia menjai korban tabrak lari. Seketika itu aku tak sadarkan diri mendengar kabar itu.
Sulit untuk terbayangkan kedua orang tuaku kini telah tiada, aku hanya seorang diri. Namun kini ku sadar betapa penting arti kehadiran mereka dalam hidupku. Tapi kini penyesalan tinggalah penyesalan, karena mereka tidak akan kembali lagi ke dunia fana ini.
Kulanjutkan hidup ini, kucoba lebih baik dari sebelumnya. Karna ku seorang diri, aku memutuskan untuk sekolah sambil bekerja mencari barang bekas. Berbulan-bulan sudah kujalani hidup seperti ini, kuterus berbenah diri, menjadi lelaki sejati yang berani lewati tantangan hidup ini.
Satu tahun berlalu, dengan bermodalkan ijazah lulusan SMAN kuberanikan diri melamar pekerjaan di sebuah kafe mewah, walau keraguan sempat melintas di benakku, ku ucapkan ALLAHU AKBAR! ALLAHU AKBAR! ALLAHU AKBAR! AKU BISA!
Interview telah aku jalani, hari ini adalah pengumuman apakah aku diterima atau tidak, Alhamdulillah aku diterima, walaupun hanya sebagai pelayan aku tidak malu, semua itu aku lakukan supaya aku tetap bisa sekolah, aku ingin dapat kuliah seperti temanku yang lain.
Hampir satu tahun aku bekerja di kafe ini, susah senang kujalani, mulai dari dimarahin pelanggan, kalau pulang tidak dapat angkot sehingga aku sering jalan kaki. Tapi pengorbanan itu membuahkan hasil aku bisa kuliah dan aku bisa naik jabatan walau hanya dari pelayan menjadi kasir. Tapi itu sudah cukup membuat aku bangga.
Kali ini aku merasa ada suatu kejanggalan, tidak biasanya teman-temanku yang biasanya begitu ramah menjadi garang kepadaku, seakan-akan menyimpan suatu kebencian padaku, ada apa ini, kenapa semua berubah begitu cepat, tanyaku dalam hati. Tak lama kemudian pak Direkturpun memanggilku untuk ke ruangannya, akupun segera bergegas untuk pergi, kuketuk pintunya dengan sedikit senyum dan hati penuh tanya, ia pun membolehkan aku masuk dan duduk di kursi yang empuk itu.
Satu amplop terbungkus rapi yang sedikit tebal, ia sodorkan padaku sambil berkata “ini untukmu”, akupun menjawabnya dengan senyum tipis yang mengandung seribu pertanyaan dalam hati. Kubuka amplop itu, ternyata berisi sejumlah uang dan sepucuk surat di kertas putih, kubergegas membacanya dan aku terkejut aku “dipecat”, tanpa sadar aku berkata pada pak direktur “apa salahku?”, namun ia tak menjawabnya, ia hanya mempersilakan aku untuk melanjutkan membaca surat ini.
Dalam fikiranku masih terbayang-bayang isi surat itu, dalam surat itu dijelaskan bahwa aku telah menyelewengkan uang kafe sebesar sepuluh juta. Itu fitnah …..
Kini aku kembali ke kehidupanku yang dulu, kutelusuri jalan kota ini dengan hati menggumam “siapa yang telah memfitnahku?”…. ditengah-tengah gumamku tanpa sadar ada seorang laki-laki tua yang meminta bantuanku, ia meminta aku untuk memperbaiki mobilnya yang sedang mogok. Walau sedikit ragu dengan kemampuanku aku mencoba memperbaiki mobil itu, alhamdulillah berhasil. Ia menyodoriku sejumlah uang, tapi kumenolaknya.
Lalu iamengajakku naik ke mobilnya, ia menunjukkan kepadaku suatu tempat, oh rupanya sebuah bengkel baru yang belum dibuka. Dan yang tak pernah terduga ia meminta aku untuk menjadi direktur di bengkelnya. Alhamdulillah… gumamku, ia benar-benar pahlawanku.
Setahun sudah aku mengabdi pada bengkel ini, tiba-tiba orang yang aku anggap sebagai pahlawan sekaligus ayah yang sangat aku hormati, kini ia jatuh sakit dan tak lama ia telah dipanggil pada yang kuasa.
Seminggu setelah itu ada seorang laki-laki yang menemui di bengkel biasa tempat aku bekerja, ternyata ia adalah seorang notaris, ia membawakan seberkas surat wasiat, yang berisikan bahwa bengkel yang ia miliki yang saat ini aku kelola, ia wasiatkan padaku.
Minggu 21 Agustus 2009 itulah hari pertemuanku dengan Saso. Dia adalah sesosok remaja tulen menurutku dulu, tapi sekarang dia berubah 180 derajat, lebih cool abis dari remaja lainnya. Aku kenal Saso sejak kelas X semester dua, di bawah pring kuning dekat tempat sampah. Dia melihatku seperti melihat cewek, melirik sebelah mata dengan penuh konsentrasi, tapi itu cuman sekedar salam perkenalan.
Setelah waktu berjalan dan seiring kenaikan kelas XI, aku semakin kenal dan semakin akrab, apalagi kini Saso satu kelas dengan aku, yaitu dikelas “GREENADA”. Itulah sebutan nama kelasku yang berlambang daun dan bernuansa kartun remaja. Bersama temanku Brian. Brian ini juga temanku sejak kelas X, aku kenal Brian sejak masih SMP dulu, kini aku dan Brian selalu bersama-sama sama termasuk Saso. “Kesempatan jadi ketua OSIS itu terbayang-bayang dihati kecil Saso”, ketika Waka Kesiswaan mengumumkan ketua OSIS yang lama akan diganti.
“Sebuah prinsip dan tujuan itu bisa tercapai jika kita sungguh-sungguh”, kata Brian sambil berdiri di bawah pohon mangga. Aku, Brian dan Saso selalu dan pasti ngobrol bersama sepulang sekolah ditaman bacaan Ibnusina dekat lapangan merdeka Paron. Kami selalu membahas organisasi yang ada di sekola kami. “Rasa penasaran” siapa ya..? yang menjadi ketua OSIS di sekolah kita, tahun ini…! Pasti aku Bri, “kata Saso sambil bergurau dengan mbak Dwi penjaga taman bacaan. Jangan GR dek, tapi kalau kamu yakin dan kamu bisa ngapain, nggak! Dan mbak cuman bisa bantu do’a saja,”ulas mbak Dwi dengan ramah”. Setelah mbak Dwi berbicara hal itu, hati kecil Saso terbuka dan penasaran, “Berani ngaknya, menjadi ketua OSIS?... hujan turun gerimis dengan suasana mendung dan sedikit angin serta kilatan petir yang menyambar, kami memutuskan untuk pulang, karena hujan semakin deras dan angin semakin kencang, kami singgah didekat pasar itu, adzanpun berkumandang serentak sholat berjama’ah membuat angan-angan Saso menjadi ketua OSIS nampak di depan mata, lantunan do’a suci memperkuat angan-angan tersebut.
Setelah kami sholat, karena hujan belum reda kami memutuskan untuk duduk-duduk diteras masjid, sambil membahas angan-angan Saso menjadi ketua OSIS. He..! gimana nih..! masak aku jadi ketua OSIS?? Kan ada yang lebih bagus dari aku, “ungkap Saso pelan”. Kamu jangan minder, kamu harus optimis bahwa bisa menjadi pemimpin. Aku, dan bahkan teman-teman yakin bahwa,”KAMU PASTI BISA” menjadi ketua OSIS. Waktu semakin sore, kami nekat untuk pualang, meskipun basah kuyup yang penting selamat.
Beberapa hari kemudian tepatnya tanggal 15 September 2010 dan seiring masuk pertama bulan Sawal, “waka kesiswaan” mengadakan halal bi halal yang diikuti semua siswa. Setelah halal bihalal, orasi calon ketua OSISpun dimulai. Siapa yang mau menjadi ketua OSIS periode 2010-2011??,”ungkap waka kesiswaan dengan mikrofon. Dengan keyakinan yang tinggi, remaja kelahiran Ngawi, 1 April 1993, dengan nama lengkap “Nur Muhammad Sahid Solaiman, langsung mendekati mimbar Orasi, dengan semangat dan optimisnya yang tinggi, Saso menyebutkan bahwa “akulah SASO, sesosok remaja berjengot”, yang akan membawa sekolah ini lebih maju dan berprestasi. Oplos audientpun membuat semangat Saso tambah positif. Pada hari itu juga pemilihan ketua OSIS yang diikuti 6 kandidat dilaksanakan, termasuk Saso. Pukul 11.00 WIB,” waka kesiswaan” mengumumkan, bahwa pemilihan ketua OSIS periode 2010/2011 dimenangkan oleh “Saso Jenggot” rasa tak mungkin itu membuat teman-teman Saso mengucapkan selamat kepada Saso yang sebelumnya tidak pernah menjadi anggota OSIS, tapi hanya ALLAH yang tahu! Dan yang lebih serprais Saso mentraktir teman-temannya di warung mie ceker Pak JOJON.
Cerpen ini sangatlah nyata dan benar-benar terjadi!!
Hari ini perasaan hatiku tak menentu padahal ini hari pertamaku masuk sekolah setelah libur panjang. Aku pikir aku akan merasa senang bisa bertemu dengan sahabat-sahabatku. Tapi apa yang aku pikirkan berbanding terbalik dengan kenyataannya Sepertinya aku baru saja mendengar berita buruk. Berita yang memaksaku untuk selalu memikirkannya sepanjang KBM.
Kata-kata yang aku khawatirkan sejak dulu kini benar-banar terucap. Aku mendengar jelas dari tutur kata salah seorang sahabat dekatku sendiri dan mungkin hanya aku yang diberi tahunya. Dia bilang,“inilah persembahanku yang terakhir untuk sekolahanku”, belum sempat aku menanyakan apa maksud dari pernyataan itu, dia keburu pergi untuk menyelesaikan suatu urusannya. Aku syok, aku hanya duduk terdiam sambil menundukkan kepala di sebuah bangku yang terletak tidak jauh dari pintu masuk kelas dan berharap dia kembali menemuiku untuk menceritakan permasalahan yang sebenarnya. Pikiranku saat itu benar-benar kacau, antara percaya dan tidak. Karena sebelumnya dia tidak pernah berkata serius kepadaku. “Perpisahan-Perpisahan-perpisahan,” kata-kata itu selalu menghantui pikiranku. aku masih terdiam, aku tak mau mengangkat kepalaku dan aku tak ingin seorangpun tahu aku menangis dalam diamku.
Ya.. dia benar-benar datang kembali menemuiku , tapi aku tak berani melihatnya dengan hidung merah dan wajahku yang sembab. Dia bertanya,”gimana ?.” aku hanya diam menundukkan kepala. “Hai,” sapanya untuk memanggilku yang hanya diam saja dari tadi. Aku mulai menengok kepadanya yang duduk disampingku sambil bertanya,”apakah itu benar?”. Mungkin dia sudah tahu apa maksud dari pertanyaanku itu. “itu belum tentu benar, aku hanya minta solusimu saja,” katanya untuk menenangkan pikiranku yang tidak karuan. Aku bertanya lagi,”sebenarnya apa masalahmu hingga memutuskan untuk pindah sekolah?”. “banyak aku tidak bisa menceritakannya,” jawabnya. Aku juga tak bisa memaksanya untuk menceritakannya padaku karena aku tahu kehidupan pribadinya tak ingin diketahui orang lain walaupun itu sahabatnya sendiri. aku mencoba megerti, “ kalau itu memang terbaik untukmu aku akan mendukung keputusanmu,” kataku dengan berat hati.
Aku tidak menyangka pembicaraanku yang singkat dengannya merupakan pertemuanku terakhir aku dengannya. Sejak saat itu aku tak pernah melihatnya lagi di sekolahan ini dan lost contact beberapa bulan ini. Sekarang hari-hariku disibukkan dengan organisasi-organisasi sekolah yang jabatanku sebagai sekretaris OSIS. Memang berat tapi ini kenyataan yang harus aku jalani. Semua canda, tawanya kini telah sirna hanya bayangannya yang membekas dalam anganku.***
Setahun berlalu, inilah aku seorang pelajar SMA yang sudah kelas 3. aku mulai serius mengejar masa depanku. Orang tuaku meberikan banyak pilihan tentang jurusan yang harus aku pilih, tapi semua keputusan ada di tanganku. Masa Ujian Nasionalpun tiba. Dan bekarkat kerja keras dan do’a semua orang yang menyayangiku akhirnya aku lulus dengan nilai yang cukup baik. Aku diterima disebuah perguruan tinggi negeri sebagai mahasiswa tehnik jurusan computer dan jaringan. Hari pertamaku masuk kuliah ada seorang laki-laki yang memakai kacamata, tinggi, putih, dan memakai jam hitam ditangan kirinya. Wajahnya tidak asing lagi. Aku terus memperhatikannya dari jauh. Dia mengingatkanku pada sahabatku sewaktu SMA. “Ah.. Mungkin hanya persaanku saja,” kataku dalam hati. Aku tak begitu menghiraukannya lagi. Ketika aku duduk sambil membaca buku mata kuliah hari ini di taman kampus, ada suara seorang laki-laki disampingku. “sekarang kamu kuliah disini ya?,” dengan suara yang lirih persis saat sahabatku mengucapkan kata-kata perpisahan padaku sewaktu SMA dulu. Aku berhenti sejenak membaca sambil meletakkan buku itu diatas pangkuanku. Aku melihat seseorng yang berada disampingku, “ orang ini orang yang tadi, sebenarnya siapa dia?,” kataku dalam hati. “hai kok bengong,” katanya kepadaku. Sikapnya membuatku yakin kalau dia sahabatku sewaktu SMA, sa’at dia mengelus kepalaku dan berkata ,” dasar anak kecil”. Persis yang dilakukannya dulu. Aku semakin yakin lagi sa’at dia bilang, “masih ingat aku aku sahabatmu yang kamu tangisi saat aku pindah sekolah”. Tuhan memang begitu adil, mempertemukaan aku kembali dengan sahabatku yang terpisah lama.
Urgensi Menjaga Sebuah Persahabatan Written by Rahmat Arafah Al-Madany Sunday, 15 March 2009 www.nurulyaqin.org
Semenjak manusia dilahirkan ke muka bumi, tidak akan pernah terlepas dari bantuan pihak kedua. Maka selama hayat masih dikandung badan, manusia tidak akan pernah terlepas dari interaksi dengan orang lain. Dalam buku psikologi karangan Dr. Umar Muhammad At-Taumi Asy-Syaibani, beliau menyebutkan selama manusia menjalani roda kehidupan akan selalu berinteraksi dengan lingkungan, dimana dan kapanpun itu. Sehingga setiap manusia mempunyai aspek mempengaruhi dan dipengaruhi terhadap lingkungan dimanapun ia berada. Dampaknya, manusia bisa menjadi baik karena lingkungan, dan bisa menjadi rusak juga dikarenakan factor lingkungan.
Salah satu unsur dalam menjaga agar manusia mampu berinteraksi baik dengan lingkungan, adalah persahabat. Dalam banyak hal, sahabat yang menjadi teman kita mempunyai peranan dalam membentuk pola kehidupan dan berpikir kita. Maka, oleh karena itu, kita harus dapat mencari dan menjaga persahabatan yang baik sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an As-Sunnah.
Akan tetapi, kita sering salah dalam memahami makna kata sahabat. Terkadang dalam memahami sahabat, kita lebih banyak memandangnya dari kaca mata duniawi atau materi. Namun seandainya terdapat kekuatan yang dapat menggabungkan antara hubungan duniawi yang menjadi perantara menuju kehidupan abadi di akherat, maka persahabatan tersebut akan menjadi begitu indah dalam menghiasi catatan perjalanan kehidupan kita. Karena dengan persahabatan yang indah, kita dapat saling nasehat dan menasehati. Jadi dengan adanya budaya saling nasehat menasehati, Insya Allah kehidupan kita akan senantiasa selalu dalam naungan dan Ridha Allah Subhanahu Wata'ala.
Dalam syair arab dikatakan, bahwa sahabat yang sejati adalah sahabat yang mampu membuat kita menangis, bukan sahabat yang membuat kita tertawa.
Dalam ungkapan tersebut ada dua hal yang perlu kita pahami maknanya, sehingga tidak terjebak oleh distorsi bahasa dalam aplikasi kehidupan bersosialisasi dengan lingkungan tempat kita berada.
Pertama adalah sahabat yang sejati adalah sahabat yang mampu membuat kita menangis. Dalam hal ini yang perlu digaris bawahi adalah kata menangis. Menangis disini bukan berarti mengeluarkan air mata. Namun makna menangis disini adalah, bagaimana seorang sahabat dapat dan mampu memberikan kesadaran kepada kita bahwa kehidupan didunia ini hanyalah sementara. Sehingga dikala kita lalai pentingnya menjalankan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari, sahabat tersebut dapat memberikan nasehat untuk mengingatkan. Dalam hal ini yang perlu kita perhatikan adalah, lihatlah apa yang dikatakan (nasehat yang baik), tapi jangan melihat kepada siapa yang mengatakan. Maksudnya adalah, siapapun yang memberikan nasehat yang baik, kita harus menerimanya dengan lapang dada. Kita jangan terlalu mempermasalahkan siapa yang memberikan nasehat tersebut. Karena yang memberikan nasehat tersebut bisa jadi orangnya lebih kecil dari yang meneriama nasehat tersebut.
Kedua, adalah . bukan sahabat yang membuat kita tertawa. Pemahaman kata tertawa disini bukanlah tertawa seperti layaknya kita tertawa. Namun kandungan maknanya adalah ketika kita sedang ditimpa penyakit cinta dunia sehingga membuat kita lalai dengan godaan hawa nafsu duniawi, ketika itu teman yang ada di sekitar kita tidak dapat memberikan sebuah penyadaran. Namun justru ikut terbuai bersama dengan adanya godaan duniawi yang melalaikan tersebut.
Dalam realita kehidupan, banyak sekali kita dapati ketika seseorang memberikan sebuah nasehat atau ajakan terhadap sebuah kebaikan dalam panduan syariat agama Islam (Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shalallhu 'Alaihi Wasallam ) ia anggap itu sebuah angin lalu, atau bahkan ia anggap itu tidak penting dalam kehidupannya. Bahkan kita menyikapinya dengan dingin akan nasehat dan ajakan kebaikan teman tersebut. Karena ia merasa tidak akan mendapatkan kepuasan duniawi. Dalam hal ini kita telah terjebak akan kepuasan hawa nafsu duniawi. Namun sebaliknya, jikalau ada seorang teman yang mengajaknya kepada hal-hal yang dilarang oleh syariat islam, atau memberikan kepuasan hawa nafsu dengan bermacam godaan duniawi, tanpa pikir panjang, hal ini langsung ditanggapin, dan untuk kelompok terakhir ini lebih banyak dan lebih cepat untuk mendapatkan pengikutnya. Karena ia merasa mendapatkan kepuasan yang dirasakan dalam kehidupan duniawi.
Hal ini banyak sekali kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh yang paling gampang adalah dalam kehidupan sehari-hari kita. Sebagai pemeluk agama Islam, kita diwajibkan untuk mendirikan sholat lima kali dalam sehari. Namun dalam mendirikan shalat tersebut terkadang kita sering menyepelekan atau menganggap remeh. Kita lebih mendahulukan kehidupan duniawi dikala datangnya waktu sholat. Sehingga betapa banyak diantara kita yang tanpa sengaja telah melalaikan shalat. Oleh karena itu, marilah kita lihat kembali apa yang telah difirmankan oleh Allah dalam surat Al-Ma'un ayat 4-5 yang artinya "Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,". Dalam Qur'an terjemahan terbitan Al-Huda (Kelompok Gema Insani) kata lalai berarti orang-orang yang tidak menghargai serta melalaikan pelaksanaan waktu-waktu sholat. Coba apa yang kita lakukan dikala waktu sholat datang ? Ketika itu terdapat sebuah tayangan bagus yang ada di layar televisi?, atau pada waktu yang bersamaan, kita diasyikkan dengan jual beli di pasar atau swalayan atau mall ?, atau pada waktu yang bersamaan kita sedang dipanggil oleh atasan kerja kita?
Dalam menjaga persahabatan dengan siapapun, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, sehingga tidak merusak hubungan persahabatan atau persaudaraan. Karena dalam Al-Qur'an surat Al-Hujurat ayat 10 yang artinya "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat Rahmat."
Perkara-perkara yang dapat merusak hubungan persaudaraan diantaranya adalah:
1. Tamak dan rakus terhadap kepuasana duniawi.
Dalam hal ini, Rasulullah -Shalallahu 'Alaihi Wasallam- bersabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah, yang artinya " Zuhudlah terhadap dunia, maka Allah akan mencintai kamu. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki oleh manusia, maka mereka akan mencintai kamu".
Betapa banyak kita dapati dalam realita kehidupan, bahwa dua orang atau lebih dapat bertikai dikarenakan harta duniawi, bahkan sampai merenggut nyawa. Kenapa hal itu dapat terjadi? Pertama, karena satu sama lain saling merasa tidak puas dengan harta yang telah dimilikinya. Kedua, karena manusia telah menjadi budak hawa nafsu yang dimotori oleh syaitan.
Ibnu Qayyim mengatakan bahwa apabila kamu tertimpa musibah, maka mintalah musyawarah kepada saudaramu dan jangan meminta apa yang engkau perlukan. Sebab jika saudara atau temanmu itu memahami keadaanmu, ia akan terketuk dan terbuka hatinya untuk menolongmu, tanpa harus meminta atau meneteskan airmata. Hal serupa juga diungkapakan oleh Dr. Abdussalam Abdullah Jaqandi dalam bukunya Mursyid Ad-Du'at Wal-Mu'allimin fi At-Tarbiyati wa 'Ilmi An-Nafsi, bahwa setiap manusia dikatakan sukses dalam melakukan hubungan interkasi social ketika ia dapat memahami akan keluhan yang dialami oleh saudaranya dan ia berusaha mencarikan jalan keluarnya.
Sebuah syair arab menjelaskan bahwa dalam masalah kepuasan duniawi maka lihatlah kepada orang ada dibawah kita taraf ekonominya, sehingga dengan demikian dalam diri kita akan timbul rasa kepuasan terhadap apa yang telah dimiliki. Apabila telah memilki rasa kepuasan, maka kita akan dapat mensyukuri nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Akan tetapi untuk masalah kebaikan (ibadah, pendidikan), yang harus dijadikan barometer adalah orang yang lebih bagus dari kita kwalitasnya. Karena dengan demikian, kita akan terus berlomba-lomba agar menjadi lebih baik dari hari ke hari.
2. Maksiat Dan Meremehkan Ketaatan.
Apabila dalam menjalani kehidupan dihiasi dengan zikir dan ibadah serta membudayakan nuansa saling nasehat menasehati, maka betapa indahnya kehidupan yang kita jalani. Hal ini dapat kita lihat Firman Allah dalam Surat Al-'Ashr ayat 2-3 yang artinya "Sungguh manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati untuk kesabaran".
Akan tetapi jika yang terjadi adalah sebaliknya, berarti pergaualan yang kita bangun tersebut menjadi gersang. Hal ini terjadi karena hati telah menjadi keras sehingga membuka pintu kejahatan dan kelalaian.
Ibnu Al-Qayyim dalam bukunya Al-Jawaabul Kafii, mengatakan bahwasanya perbuatan maksiat yang diperbuat oleh manusia akan mengakibatkan rasa gelisah pada dirinya, sehingga menimbulkan rasa takut dan sedih. Sehingga ia akan merasa takut dan gelisah untuk atau ketika bertemu dengan saudara-saudaranya.
Kalau kita mau memperhatikan sejenak, kebanyakan diantara para pelaku kemaksiatan dan kemungkaran dalam menjalani persahabatan yang mereka bangun bukanlah atas dasar ketakwaan. Akan tetapi landasan yang mereka bangun adalah atas dasar kepuasan dan materi yang terlihat secara kasat mata dalam kaca mata duniawi, sehingga akibtnya adalah kacamata yang mereka bangun tersebut alkan mudah retka dan pecah. Itulah pangkal dan penyebab dari segala macam pertikaian dan permusuhan. Namun tanpa disadari, sesungguhnya hal tersebut akan menjadi beban yang akan dipikulnya pada hari Pembalasan yang maha adil.
Dalam surat Az-Zukhruf ayat 67 Allah berfirman yang artinya :" Pada hari itu sahabat-sahabat karib: Setengahnya akan menjadi musuh kepada setengahnya yang lain, kecuali orang-orang yang persahabatannya berdasarkan takwa ( iman dan amal soleh )."
Sedangkan persahabatan yang dibangun karena Allah, persahabatan tersebut akan terus berkelanjutan sampai di syurga, dalam hal ini Allah berfirman dalam Surat Al-Hijir ayat 45 yang artinya " Dan Kami cabut akan apa yang ada di hati mereka dari perasaan hasad dan dengki sehingga menjadilah mereka bersaudara ( dalam suasana kasih mesra ), serta mereka duduk berhadap-hadapan di atas pelamin masing-masing. "
3. Tidak menggunakan tata krama yang baik dalam berbicara.
Ketika berbicara dengan orang lain haruslah menggunakan tata krama yang baik dan sopan, serta juga harus mengenal karakteristik lawan bicara. Karena suatu permasalahan bermula karena salah dalam bertutur kata dan menyakitkan hati lawan bicara. Sehingga ada sebuah ungkapan bahwa lidah itu lebih tajam dibanding dengan sebilah pedang. Al-Qur'an telah mengajarkan kepada kita agar menggunakan tata karma yang baik dalam berbicara sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Isra ayat 53 yang artinya: " Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu: Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."
Dalam berbicara dengan orang lain, maka hindarilah melakukan bisik-bisik dihadapan muka umum. Karena berbisik-bisik dimana orang lain banyak menyaksikan akan dapat menimbulkan fitnah. Sehingga banyak sekali orang yang menganggap bahwa berbisik itu merupakan hal remeh, namun justru hal itulah yang menyebabkan orang bisa bertikai dan berburuk sangka terhadap yang berbisik-bisik. Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya: "Jika kalian bertiga, maka janganlah dua orang diantaranya berbisik-bisik tanpa mengajak orang yang ketiga karena itu akan dapat menyebabkannya bersedih.". dalam hal ini para ulama telah menyepakati bahwa hendaklah kita menghindari dari perbuatan berbisik-bisik, karena hal itu akan membuka pintu bagi syetan untuk menghasut satu diantar yang lainnya.
Allah wa Rasuluh A'lam Bi Ash-Shawab.
[Non-text portions of this message have been removed]
Perkataan sahabat yg jujur lebih besar harganya daripada harta benda yg diwarisi nenek moyang. Ali bin Abi Thalib
Hidup tidak berarti apa-apa tanpa persahabatan. Quintus Ennius
Persahabatan sejati layaknya kesehatan, nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya Anonim
Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK di dalam hatimu. Filsuf
Tidak mungkin ada persahabatan tanpa kepercayaan, dan tidak ada kepercayaan tanpa identitas. Samuel Johnson
Persahabatan bisa melipatgandakan kebahagiaan dan mengurangi kesedihan. Thomas Fuller
Cinta menuntut jauh lebih sedikit dibandingkan persahabatan. Love demands far less than companionship. Anonim
Keindahan persahabatan adalah bahwa kamu tahu kepada siapa kamu dapat mempercayakan rahasia. Alessandro Manzoni
Persahabatan yang dibangun dalam bisnis lebih baik daripada bisnis yang dibangun dalam persahabatan John D. Rockefeller
Persahabatan sering berakhir dengan cinta; tetapi cinta tidak pernah berakhir dengan persahabatan Friendship often ends in love; but love in friendship - never. Anonim
Pada akhirnya kita tidak akan mengingat kata-kata yang diucapkan musuh kita, tapi diamnnya sahabat-sahabat kita. Martin Luther King Jr
Setiap sahabat menampilkan sebuah dunia di dalam diri kita, suatu dunia yang mungkin, tak akan pernah ada? Kalau si sahabat itu tidak muncul, dan hanya lewat pertemuan inilah sebuah dunia akan lahir. Anas Nin
Dalam persahabatan dua orang, kesabaran dari salah satunya diperlukan. For the friendship of two, the patience of one is required. Peribahasa India
Sahabat yang baik adalah yang orang yang bercakap benar, dan bukannya hanya membenarkan kata-kata. Anonim
Orang bijaksana selalu melengkapi kehidupannya dengan banyak persahabatan. Anonim
Sahabatmu adalah kebutuhan jiwamu yang terpenuhi. Dia lah ladang hatimu, yang dengan kasih kautaburi dan kau pungut buahnya penuh rasa terimakasih. Kau menghampirinya dikala hati gersang kelaparan, dan mencarinya dikala jiwa membutuhkan kedamaian. Janganlah ada tujuan lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya jiwa. Kahlil Gibran
Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan
dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan
mempunyai nilai yang indah.
Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi
persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan
bertumbuh bersama karenanya…
Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi
membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkanbesi,
demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan
diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti,
diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak,
namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan
dengan tujuan kebencian.
Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan
untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya
ia memberanikan diri menegur apa adanya.
Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman,
tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan
dengan tujuan sahabatnya mau berubah.
Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha
pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita
membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi
mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih
dari orang lain, tetapi justru ia beriinisiatif memberikan
dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.
Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya,
karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati,
namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.
Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun
ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.
Beberapa hal seringkali menjadi penghancur
persahabatan antara lain :
1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)
2. Ketidakterbukaan
3. Kehilangan kepercayaan
4. Perubahan perasaan antar lawan jenis
5. Ketidaksetiaan.
Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan
oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.
Renungkan :
Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri
“Dalam masa kejayaan, teman2 mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman2 kita.”