ADIL menurut pengertian umum berarti tidak berat sebelah. Dengan kata lain, adil memperlakukan atau menimbang sesuatu dengan cara serupa. Ia menyangkal soal sikap hidup atau perilaku serta mempunyai hubungan erat dengan soal kejiwaan.
Dilihat dari sudut pembahagian kerangka pokok ajaran Islam, adil termasuk dalam ruang lingkup akhlak.
Kata adil dalam Bahasa Arab berasal dari kata ( - - )
yang mempunyai arti antara lain menyamakan, meluruskan atau menyeimbang. Dan orang yang berlaku adil disebut ( ).
Prof.Quraisy Shihab menguraikan tentang makna keadilan dalam bukunya Wawasan Al-Quran hal. 114-116, paling tidak ada empat pengertian adil yang dikemukakan oleh para ulama, yaitu ;
Adil dalam arti “sama” Dalam arti memperlakukan sama terhadap orang-orang, tidak membedakan hak-haknya. Firman Allah dari Q.S. an-Nisa (4) ayat 58 berikut :
”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha meliha”t. (Q.S. an-Nisa : 58)
Perhatikan contoh keadilan yang dipraktekkan oleh Ali bin Abi Thalib berikut, pernah suatu hari terjadi sengketa diantara Ali bin Abi Thalib dengan seorang Yahudi, yaitu suatu sengketa yang sampai juga ke meja hijau (majlis hukum) dibawah pimpinan Umar bin Khattab guna mendapatkan penyelesaian. Setelah kedua pihak sama-sama datang menghadap Umar, maka berkatalah Umar kepada Ali : “ Ya Abal Hasan, berdirilah berdekatan dengan lawanmu”. Seusai Umar memberikan keputusannya, Umar melihat bahwa diwajah Ali terdapat tanda-tanda kedukaan, maka ujarnya : “ Wahai Ali, mengapa saya lihat anda agak susah ?”. Ali menjawab : “Sebab anda tidak mempersamakan antara saya dan lawan saya, anda memanggil saya dengan sebutan kehormatanku “Abal Hasan “, sedang anda memanggil Yahudi dengan namanya yang biasa”.
Pernahkah anda saksikan suatu tindak keadilan yang mencapai jangkauan setinggi itu ? Apa yang dipraktekkan oleh khalifah Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib itu adalah cermin keadilan didalam Islam. Karena Islam menyeru kepada umatnya untuk berlaku adil, Islam melarang keras untuk berlaku sebaliknya.
Imam Ibnu Taimiyah berkata : “ Bahwasanya Allah akan menolong penguasa atau pemerintah yang adil sekalipun dia pemerintah kafir, dan Allah tidak akan menolong penguasa pemerintah yang zalim kendatipun dia itu Islam “. Allah swt. berfirman dalam surat al-Hud ayat 117 :
”Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan”.(Q.S. al-Hud :117)
Adil dalam arti “seimbang”
Keseimbangan sangat diperlukan dalam suatu kelompok yang didalamnya terdapat beragam bagian yang bekerja menuju satu tujuan tertentu. Dengan terhimpunnya bagian-bagian itu, kelompok tersebut dapat berjalan atau bertahan sesuai tujuan kehadirannya. Firman Allah dalam surat al-Infithar (82) ayat 6-7 berikut ;
”Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang”. (Q.S. al Infithar :6-7)
Kata (عدل )dalam ayat tersebut berarti seimbang. Tubuh manusia akan normal selama bagian-bagian tubuh itu semua bekerja atau berfungsi sesuai tujuan kehadirannya.
Contoh lainnya terdapat dalam firman Allah Q.S. al-Mulk (67) ayat 3 berikut ;
”Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (Q.S. al-Mulk :3)
Alam semesta akan bertahan selama bagian-bagian dari ekosistem yang ditetapkan Allah swt. bekerja dengan seimbang.
Adil dalam arti “Perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya”. Pengertian inilah yang didefinisikan dengan “menempatkan sesuatu pada tempatnya” atau “memberi pihak lain haknya melalui jalan yang terdekat”. Lawannya adalah kezaliman dalam arti melanggar hak-hak pihak lain. Pengertian ini melahirkan keadilan sosial.
Adil yang dinisbatkan kepada Ilahi. Adil disini artinya memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi, tidak mencegah kelanjutan eksistensi dan perolehan rahmat sewaktu terdapat banyak kemungkinan untuk itu”. Keadilan Ilahi merupakan rahmat dan kebaikanNya. Keadilannya mengandung konsekwensi bahwa rahmat Allah swt. tidak tertahan untuk diperoleh, sejauh makhluk itu dapat meraihnya.
Syed Qutub merumuskan pengertian adil sebagai sikap mutlak, tidak menunjukkan kecondongan cinta atau marah, tidak mengubah ketentuan oleh kerena kasih sayang atau benci. Adil itu tidak mempengaruhi pandangan kerena pertimbangan kekeluargaan, tidak menaruh kebencian antara kaum. Dan tidak membezakan manusia kerana bangsanya, keturunannya, hartanya, pangkatnya dan lain-lain. Antara satu dengan yang lain diperlakukan secara sama.” (Al-’Adalatul Ijtima’iyyah fil Islam).
Islam sudah memperjuangkan keadilan, memberikan hak kepada yang berhak tanpa sebarang kekurangan. Banyak ayat al-Quran dan hadis yang mengajak supaya selalu menjaga keadilan itu. Sementara kezaliman pula harus dikikis habis-habisan dan wajib dilemparkan jauh-jauh.
Ahli falsafah dan sasterawan, Abul A’la al-Maududi membahagikan kezaliman kepada tiga kategori iaitu :
- Zalim terhadap Allah, rumpun semua kezaliman. Zalim terhadap Tuhan bererti tidak mentaati-Nya dan mengerjakan perkara dilarang-Nya,
- Zalim terhadap makhluk atau terhadap orang lain seperti menyakiti, merampas dan memperkosa haknya,
- Zalim terhadap diri sendiri. Setiap orang mempunyai hak peribadi yang harus dipeliharanya dan kewajipan mesti dipenuhi. Tidak melaksanakan hak peribadi bererti merosakkan diri sendiri.
Allah menggunakan nama `Al-Adlu’ untuk Zat-Nya sendiri. Memang jelas sekali bahawa tujuan utama Allah menurunkan kitab suci-Nya, memerintahkan segenap manusia menjalankan syariat-Nya, semata-mata untuk melaksanakan hak dan konsep keadilan.
Hak wajib dipenuhi dan keadilan wajib dibela. Allah berfirman bermaksud:
“Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (QS. Al-Hadid, ayat 25).
Dalam ayat lain Allah berfirman bermaksud:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (QS. An-Nahl, ayat 90)
Konsep keadilan Islam tidak berbentuk diskriminasi, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk manusia sejagat. Keadilan bukan hanya dalam sosial dan politik, tetapi juga dalam ekonomi yang memakai ukuran berbeza dalam konsepnya. Mungkin sesuatu ukuran itu adil bagi kapitalisme dan zalim bagi pandangan sosialisme dan begitu juga sebaliknya.
Keadilan adalah nilai utama akhlak Muslim. Bersikap adil kepada siapa saja tidak mengira tempat dan masa. Apabila adil menjadi pakaian akhlak, maka orang yang berakhlak akan menjadi orang yang bertakwa.
Menegakkan keadilan adalah satu tugas Rasulullah SAW yang perlu dicontohi seperti firman Allah bermaksud:
“Oleh kerena yang demikian itu, maka serulah (mereka wahai Muhammad kepada beragama dengan betul), serta tetap teguhlah engkau menjalankannya sebagaimana yang di perintahkan kepadamu, dan janganlah engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka: sebaliknya katakanlah: Aku beriman kepada segala Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil antara kamu. Allah jugalah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kamu amal kami dan bagi kamu amal kamu.” (Surah asy-Syuara, ayat 15).
Ada pelbagai jurusan mengenai keadilan ini yang boleh dikategorikan seperti berikut:
- Keadilan melaksanakan hukum.
- Keadilan memutuskan perkara.
- Kewajipan berlaku adil antara isteri.
- Berlaku adil dengan anak.
- Berlaku adil dalam ucapan, penyaksian dalam catatan
- Keadilan antara golongan bertengkar.
- Berlaku adil dengan musuh.
Pentadbiran sistem pengadilan dalam Islam diasaskan kepada beberapa prinsip yang unggul. Ia adalah tugas kolektif mukmin untuk melaksanakannya sebagai satu ummah. Melaksanakan pengadilan dan tugas pemerintahan adalah dua perkara tidak dapat dipisahkan dalam syarat Islam.
Oleh sebab pengadilan dalam Islam ialah menyampaikan hukum syarak, ini bermaksud kesalahan yang menyangkut segala lapisan dan bidang kehidupan manusia. Sistem pengadilan Islam merangkumi urusan munakahat, muamalah dan jenayah.
Urusan munakahat meliputi perkara seperti nikah, hadanah (penjagaan anak), nafkah, perkahwinan wasiat, faraid, wakaf, nazar dan hibah. Bagi urusan muamalah pula terdiri daripada jual beli, perwakilan, perkongsian, hutang piutang, gadai, sewa menyewa dan penggunaan tanah.
Pengadilan kes jenayah membabitkan penetapan hukuman mati mandatori bagi kesalahan hudud, takzir dan qisas, hukuman sebat bagi sebahagian kesalahan hudud dan takzir. Hukuman penjara pula adalah bagi kesalahan yang tidak memenuhi prasyarat bukti.
Kadi atau hakim disyaratkan mempunyai pengetahuan luas mengenai hukum Islam, kuat imannya dan seorang yang taat kepada Tuhan. Antara syarat kelayakan seseorang kadi ialah kemampuannya melakukan ijtihad. Seorang hakim harus bersifat adil dalam menghuraikan perselisihan serta mengembalikan semua hak kepada yang mempunyai hak. Allah berfirman bermaksud:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Surah al-Maidah, ayat 8)
PENUTUP
Menegakkan keadilan menurut ajaran Islam tidaklah hanya terbatas terhadap kaum Muslimin saja, tetapi terhadap seluruh umat manusia walaupun berlainan agama, bangsa dan warna kulit, malah terhadap musuh sekalipun harus diperlakukan dengan cara adil, harus dihormati haknya serta tidak boleh diseksa atau dianiaya.
Islam mengajarkan tidak boleh membalas dendam. Keadilan itu tidaklah boleh dipengaruhi oleh kebencian, sentimen kerana lawan ataupun musuh. Dalam rentetan sejarah silam, banyak sekali contoh mengenai keadilan terhadap musuh Islam.
Kesimpulannya sama-samalah berusaha untuk menegakkan keadilan dalam setiap jurusan kehidupan kita supaya dikasihi Allah.